Penulis : Aguk Irawan MN
Penerbit : MBooks
Terbit
: Juli 2014
Jenis Cover : Soft Cover
Halaman : 314
|
Pokok – pokok isi buku
‘Haji Backpacker’ ini merupakan
novel yang bercerita tentang pencarian Tuhan oleh sang tokoh utama “Mada”. Masa
lalu yang menyakitkan rupanya telah membangkitkan kemarahan terbesar dalam diri
Mada. Ia berbalik menyalahkan orang lain atas kesialan di masa lalu. Selain
ayahnya yang menjadi korban kemarahan dan kekecewaan Mada, lebih-lebih ia
menyalahkan Tuhan atas semua kejadian memilukan ini.
Semua bermula ketika Shofia sahabat Mada sekaligus wanita yang dicintainya
memilih untuk kabur di hari pernikahan mereka tanpa meninggalkan kejelasan
sedikitpun. Tidak pernah terbesit sedikitpun dalam pikiran Mada atas apa yang
terjadi pada hari pernikahannya. Demi melupakan dan melampiaskan kemarahannya,
Mada memilih meninggalkan rumah dan meninggalkan kepercayaannya pada Tuhan.
Berharap bisa melupakan masa lalu dan menghapus rasa sakit serta kecewa dalam
hatinya, Mada melakukan perjalanan panjang. Bermodal sedikit uang, Mada memulai
perjalanan panjang ini dengan Thailand sebagai tujuan pertamanya.
Sesampainya di Thailand Mada bukanlah Mada yang dulu. Ia kerap menghabiskan
malam di bar, di gemerlap pesta-pesta alkohol, berjudi, hingga berkelahi dengan
preman sampai malam di akhiri di panti pijat yang terletak di daerah prostitusi
terkenal di Thailand. Dari panti pijat yang sering ia kunungi itulah ia
berkenalan dengan Marbel TKW asal Indonesia yang terdampar di panti pijat
plus-plus ini.
Perjalanan di Thailand berakhir ketika Mbak Mala alias kakak kandung Mada
datang dari Indonesia demi sebuah berita duka. Bahwa ayah Mada telah tiada pada
saat beliau beribadah haji. Jenazahnya pun dikuburkan di Tanah Suci. Ketika itu
juga Marbel mengabarkan bahwa Mada berada dalam bahaya akibat perkelahiannya
dengan geng preman setempat. Berkat bantuan teman Mbak Mala yang berkerja di
kedutaan, Mada berhasil mendapatkan tiket ke Vietnam. Dan Vietnamlah yang
menjadi rute Mada selanjutnya. Menjadi ‘backpacker’ di negeri orang
dilakukan Mada tanpa mengeluh. Karena inilah yang ia pilih dari pada pulang ke
Indonesia. Perjalan berlanjut tanpa segaja. Mada 'terdampar' di Cina yang
kemudian menuntunnya melakukan perjalanan lebih jauh, Tibet dan India demi
menemukan jawaban atas mimpi-mimpi buruk yang dialaminya semenjak kedatangannya
ke Cina.
Di India Mada beguru pada seorang Ustadz yang menuntunnya untuk menemukan
kembali Tuhan dalam hidupnya. Persoalan tentang mimpi Mada pun terjawab dan
Mada berhasil menemukan kembali Tuhannya yang sempat “hilang”. Di akhir
perjalanan, Mada memutuskan untuk menemui makam almarhum ayahnya di Tanah Suci
melalui jalur Iran. Demikianlah kisah perjalan
penemuan Tuhan kembali oleh Mada.
Info
Perlu diketahui bahwa novel ini
ternyata memiliki dua versi novel dari pengarang yang sama yakni Iguk Irawan.
Novel Haji Backpacker sendiri pada awalnya menceritakan perjuangan
seorang mahasiswa Indonesia yang ingin pergi haji dengan budget minimal ala backpacker.
Adapun perbedaan dari novel versi pertama dan kedua adalah pada novel kedua,
sutradara dan penulis ingin menampilkan sisi 'kering jiwa' yang dialami Mada
akibat hilangnya kepercayaannya pada Tuhan.
Kelebihan
Novel bergenre drama religi ini
memiliki nilai lebih dari novel – novel Indonesia lainnya dari segi setting.
Sembilan negara
dengan berani diceritakan dalam novel ini. Kelebihan inilah yang menyebabkan
novel ini memiliki nilai lebih dibanding film lainnya. Meskipun demikian, nilai
lebih dari segi setting ini juga memicu kekurangan atau nilai minus. Sangat
disayangkan, ketika setting 9 negara tidak sepenuhnya terasa atau menancap di
benak penonton karena di kebanyakan setting yang ditampilkan kebanyakan pada
pergantian waktu antara malam hari dan pagi hari.
Sebagaimana
novel Haji Backpacker versi kedua yang menggunakan alur campuran. Yang
memungkinkan pembaca lebih mudah memahami perpindahan setting waktunya.
Kekurangan
Mengenai jalannya cerita,
dibeberapa bagian terasa janggal. Pada bagian-bagian dimana Mada mendapat
petunjuk atau hidayah melalui mimpi. Disini sangat terlihat khayal. Memang
benar, bahwasanya petunjuk dari Tuhan bisa datang dari mimpi. Namun hal
tersebut akan dialami oleh seseorang dengan tingkat keimanan yang tinggi.
Meskipun juga, Tuhan –Allah SWT- dapat memberi hidayah pada siapa saja yang
dikehendakinya. Akan terasa lebih logis dan lebih nyata jika datangnya petunjuk
itu melalui perantara manusia atau hal lain yang lebih nyata. Dengan begitu
akan lebih terasa nyata dan lebih dekat pada kehidupan nyata manusia. Terlebih
lagi, adegan mimpi ini berulang sampai beberapa kali.
Selain semua
itu, novel ini cukup bagus dan layak dibaca oleh masyarakat dari berbagai
kalangan. Karena pesan yang dapat ditangkap ialah bahwasanya seorang manusia
terkadang membutuhkan bantuan dan perantara banyak hal dalam mengurai
kebenaran.
Beri pesan dong
BalasHapusTerima kasih atas komentarnya, tetapi di dalam artikel saya sudah berisikan pesan yang dapat kita ambil dalam novel ini (walaupun hanya sedikit), tepatnya ada persis dibagian akhir dari artikel ini. :)
HapusTerimakasih kak sangat membantu sekali
BalasHapus